Senin, 07 September 2009

Bercinta dengan Setengah Baya Teman se-Kantor

Wajah Mbak Alin biasa aja sebetulnya. Tapi dia memang wanita dewasa menarik. Tutur katanya enak dan bahasa tubuhnya mempesona. Usianya sudah 48, dengan kulit kuning langsat. Tubuhnya sintal dengan pinggang ramping dan pinggul berisi. Aku melihat bentuk pinggulnya sewaktu dia membungkukkan di meja kerjanya. Posisi meja kerjaku tepat di belakang meja kerjanya.
Aku tahu apakah dia sengaja atau tidak melakukan aksinya itu. Tapi, mataku langsung melotot menyaksikan bentuk pinggulnya yang indah itu. Meski terbalut rok panjang, bayangan celana dalamnya samar terlihat olehku. Indah sekali! Ingin rasanya aku mendekati pantat padat itu dari belakang, menyentuhnya!
"Hei, Arie, tolongin ini dong!"tiba-tiba dia memanggilku. Aku menghampirinya. Aku membungkukkan badan, tapi sempat melirik ke arah pinggulnya.
Ternyata, Mbak Alin sedang asyik mengisi tts. Dia minta bantuanku menjawa kotak TTS yang masih kosong. Aku membantunya mengisi beberapa kolom, tapi mataku sedang asyik menikmati bentuk pinggulnya yang montok itu.
Aksiku itu diketahui Mbak Alin.
"Eh, ngeliatin apa sih?"
Aku jadi gugup. Tapi berusaha untuk tetap tenang.
"Ada noda di rok mbak,"jawabku.
Mbak ALin spontan menolej ke belakang. Memandangi pinggulnya. Ada bercak noda tinta kecil di sana. Tadi, aku sempat meneteskan tinta pulpen di sana sebelum mendekati tubuhnya.
Karena posisinya yang jauh, Mbak Alin agak sulit memandang bagian noda itu. Ia malah menggeser pinggulnya agar terlihat oleh mata. Roknya sedikit terangkat ke atas. Bagian betisnya terlihat olehku. Indah dan panjang.
Singkat cerita, soal noda tinta itu selesai. Jam kantor sudah pukul 5. Kami putuskan untuk pulang bareng. Dia menumpang motorku. Karena jalanan sepi, kupacu motor agak kencang, pegangan tangan mbak ALin di pinggangku lebih erat. Terasa dekapannya pun lebih erat. Kurasa-rasakan bagian lunak di dadanya. Terasa empuk setiap kali aku sengaja ngerem mendadak.


"Sengaja ya ngerem begitu?"Mbak Alin ngomel sambil mencubit pinggangku.
Aku ketawa lebar.
"Iya mbak, biar enak."
Mbak ALin makin marah.
"Enaknya apanya?"
Motorku kuhentikan di pinggir jalan yang sepi.
Aku melirik ke bagian dadanya. Pandanganku itu ditangkap oleh Mbak Alin. Ia lalu memandangi wajahku. Air mukanya berubah seperti menahan malu.
"Mau langsung pulang gak?"tanyaku.
Mbak Alin berpikir sejenak.
"Mumpung ada kamu nih. Aku mau ketemu klien di Mampang, mau anterin mbak kan?"
"Buat Mbak yang cantik, pasti aku mau,"kataku. Aku kemudian kaget karena begitu berani ngomong begitu. Selama ini, meski satu kantor, aku gak pernah ngomong macam-macam sama dia.
15 menit kamu sampai di sebuah rumah. Kami masuk menyapa pemilik rumah. Kira-kira 10 menit, kamus udah keluar lagi. Sore itu, Mbak Alin berhasil melobi klien-nya. Dia dapat komisi penjualan sekitar 3 juta. Lumayan besar.
"Kamu udah nganterin mbak. nih buat kamu,"Mbak Alin menyodorkan uang 200 ribu kepadaku. Aku tolak dengan halus. Meski dia memaksa.
Akhirnya, aku minta ditraktir makan aja di sebuah restoran.
Tepat jam 7 kami sampai di daerah Tanjung Priok. Restoran itu bagus dengan konsep taman yang tertutup.
Sambil makan kami ngobrol ngalor-ngidul. Sampai menyinggung rumah tangganya. Menurut Mbak Alin ia kadang merasa bosan di rumah. Apalagi anak-anaknya udah besar semua. Suaminya yang pengagguran udah jarang ngobrol lagi dengan Mbak Alin. Rumah tangganya terasa hambar.
Hp Mbak Alin berdering. Suaminya menelpon bertanya posisinya dimana. Mbak Alin sempat memandang ke padaku dengan tatapan bingung.
"Aduh, mbak jawab apa nih?"
"Bilang aja sedang meeting dengan klien."
Mbak Alin menuruti saranku. Memang, tak jarang dia harus pulang larut jika sedang ketemu klien di tempat-tempat yang jauh.
Kami pun ngobrol lagi. Mbak Alin curhat jika ia sering pusing kepala sejak beberapa tahun terakhir ini. Ia nggak ngerti apa penyebabnya.
"Mungkin pengaruh umur kali ya?"tanyanya sendiri.
"Bisa iya bisa nggak. Mungkin pengaruh pikiran, bete atau merasa gak bahagia."
"Iya mungkin juga. Lagian mbak kan udah menopause."
Aku pura-pura bego.
"Menopause itu apa mbak?"
"Hmmm..kalo perempuan udah seumuran mbak kan udah gak bisa mensturasi lagi."
"O gitu yaa..."
Mbak Alin memang dikenal suka ngomong blak-blakan. Meski ia sendiri bertutur lemah lembut.
"Berarti udah gak ada gairah lagi?"
"Masih sih. Cuma kan udah males hubungan seks dengan suami lagi. Sama-sama udah tua kan?"
Tangan mbak Alin kugenggam lembut. Kutatap wajahnya yang sendu.
"Mbak itu masih sehat. Kadang di kantor sering kelihatan melamun. Apa pengaruh seks?"
Dia menghela nafas.
"Kalo gitu harus cari cowok lagi dong."
"Siapa yang mau sama mbak udah gini."
"Ada kok yang mau."
"Siapa?"
"Arie mau sama mbak. Arie kagum sama mbak. Diam-diam suka liatin mbak. Bodi mbak bagus. Mbak sering nungging pamerin pinggul. Itu sengaja kan?"
Mbak Alin mendelik.
"Arie tahu kok. Mbak cari perhatian saya kan?"
Setelah kupaksa dia mengakui.
Kami kemudian memutuskan untuk mencari tempat ngobrol lain. Aku mengajak check in di hotel. Di dalam kamar, kupegang tangannya dan kukecup lembut. Mbak Alin memandangiku dengan sendu.
"Mbak takut selingkuh Ri?"
"Gpp mbak. Arie cuma ingin deket sama mbak. Mbak juga senang kan berduaan begini."
Sesaat kami terdiam.
"Mbak soal tinta di rok mbak. Arie mau minta maaf, tinta itu Arie yang bikin."
"Loh kenapa kamu lakukan itu?"
"HAbisnya Arie kagum dengan pinggul mbak yang montok."
"Masa sih?"
"Iya mbak."
Kupeluk tubuh sintal Mbal Alin di tepi ranjang. Dengan lembut kukecup bibirnya. Lehernya yang jenjang kujilati pelan-pelan. Suara desahannya mulai mengalir di ruangan itu. Rambutku diremasnya dengan lembut seperti mengasihi kekasihnya.
"Ouhhggghh..Aaaarrriiiee...ssstttss...."
Titik sensitif di bagian lehernya sudah kujelajahi dengan sempurna. Aku turun ke bagian dadanya. Aroma parfun makin terasa di bagian ini. Begitu wangi dan mengundang gairahku.
Baju panjang yang dikenakannya menutup rapat bagian dada. Tak ada kancing di situ. Aku menyentuh bagian dadanya. Terasa kenyal. Kira-kira berapa ukuran bh-nya? Sulit menebak karena tertutup rapat.
Kuremas-remas bagian dadanya. Mbak Alin senyum manis melihat aksiku.
"Kamu nakal banget?"
Kubalik tubuhnya. Kutarik restleting bahunya. Kuturunkan setengah saja. Ketika kembali ke depannya, betapa kagetnya aku melihat BH coklat itu begitu besar membungkus isinya yang pasti juga besar.
"Ohhh...gede banget mbak?"tanyaku sambil memegang sepasang payudara di balik bh berukuran 38C itu.
Mbak Alin menyentuh ujung bh-nya dengan gaya menggoda. "Kamu suka yang besar?"
"Iya mbak, belum pernah Arie dapat sebesar ini?"
Kulumat bibir mbak Alin yang basah. Kami saling berpelukan. Sementara tanganku meremas-remas bh dan isinya dengan gemas. Tanganku mencari putingnya di dalam bh. Kugeliti puting itu.
Tak puas, aku membenamkan wajah di belahan dadanya yang padat itu. Kuciumi gumpalan daging kenyal berurat halus itu. Putingnya berwarna kecoklatan muda kubasahi dengan lidah. Mbak Alin menggelinjang geli. Kepalaku dibenakamkannya sambil merintih nikmat.
Mbak Alin melepas tali bh-nya. Ia ingin aku lebih leluasa bermain di payudaranya.
Beberapa menit menikmati keindahan itu, mbak Alin menahan aksiku.
"Arie, Mbak takut. Nanti ketahuan suami."
"Kita gak lama kok mbak."
"Ok, satu jam aja ya?"
"Arie nurut sama mbak."
Sambil berpelukan lagi, aku tetap meremas-remas payudara kenyal itu dengan nikmat. Meski agak turun, tapi tetap enak terasa di tangan. Apalagi kedua putingnya masih coklat.
Tanganku menerobos roknya. Bagian selangkangan mbak Alin kusentuh dengan jari. Mbak Alin memandangi mataku. Ia tak menyangka aku selancang itu. Tapi ia tak mau mencegah aksiku. Sebab dia memang menikmati. Terbukti desahannya begitu keras.
"Enakk mbakkk...hah..enakk kannn?"tanyaku sambil memandangi wajahnya.
Senyumnya terkembang. Tangannya meraba-raba selangkanganku yang masih terbungkus celana bahan. Sudah keras sejak tadi.
Mbak Alin tak mau lama-lama. Celana hitamku diturunkannya dan dilemparkan ke samping ranjang. CElana dalamku yang ketat membalut penisku yang keras.
JEmari Mbak Alin bermain-main di cdku.
"Udah keras ya. Kok miring gini Arie?"tanyanya menggoda.
Penisku memang posisi miring.
Giliran Mbak Anie memanjakanku. Tangannya sudah meraih penisku dari dalam cd. Ia sempat memandangiku karena demi melihat ukurannya yang panjang dan bagian kepalanya yang lebih besar dari batangnya.
"Ihhh...gede bangetttt sihhh..."katanya dengan gemas sambil meremas batang penisku.
Dikocoknya keras-keras. Ia tampak begitu buas memainkan penisku.
"Sama punya suami gedean mbak?"
"Punya kamu dong. Punya suami mbak kecil."
Kuajak mbak ALin berdiri di depan cermin yang seukuran tubuh kami. Kupeluk tubuh sintal yang tinggal celana dalam birunya. Pantatnya yang besar tersentuh oleh penisku yang tegak dan keras. Terasa empuk dan besar. Sementara leher bagian belakangnya kuciumi dengan buas. Kedua tanganku meremas-remas buah dadanya yang padat itu.
Kepala Mbak Alin terangkat ke atas menahan gejolak yang ada. Dibiarkannya aku menjilati leher samping, bahu dan punggungnya.
"Owwwhhhhh arrieee...enakkk bangetttt...mbakkk gellliii!!!!"
Aku memandang wajahnya lewat cermin.
Aku tersenyum.
Tangan kiri mbak Alin telah menggenggam batang penisku tetap dalam posisi membelakangi. Setiap aku menjilati lehernya dari belakang, genggamannya makin keras. Sampai akhirnya dia membalikkan badan dan menarik penisku ke ranjang. Aku biarkan dia memegang kendali. Aku disuruhnya duduk di kepala ranjang dengan posisi setengah duduk. Kedua kakiku kulebarkan. Penisku mengacung ke atas.
Mbak Alin mengocoknya berulang-ulang. Kemudian...
Lidahnya telah menyapu kepala penisku dengan lembut. Begitu lembut sampai aku kegelian, menahan nikmat. Dengan lihai ujung penisku dijilatinya dengan ujung lidah. Dahsyat!

Batang penisku pun ditelusurinya dengan lidah yang sakti itu. Begitu lembut, sampai aku beberapa kali menjenggut rambutnya karena menahan kenikmatan tiada tara. Puncaknya, seluruh kepala penisku dikulumnya dengan mulutnya. Sampai setengah batang penisku ditelannya. AKu merintih pelan, membuat mbak Alin makin semangat memainkan penisku.

Mbak Alin bangkit dan mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Dia senyum manis sekali.
"PEnis kamu enak banget. Boleh mbak gigit gak?"
"Sakit dong mbak."
"Habisnya mbak gemesss. Gede banget sihhh..."
Kusuruh mbak Alin nungging di ranjang empuk. Aku ingin melihat pantatnya dalam posisi begitu. Oh My God, begitu bulat, besar dan mengundang nafsu.

Kuciumi bagian pinggulnya yang heboh itu. Dasar ibu-ibu, dia malah dengan genit menunggingkan lebih tinggi lagi pantatnya. Aku kewalahan. Kuintip daging vaginanya yang mengintip dari sela pantatnya. Kuturunkan celana dalamnya. Kujilati pantatnya lagi sebelum kuarahkan penisku ke liang vaginanya. Doggy style adalah gaya favoritku. Sementara Mbak Alin hanya pernah beberapa kali gaya ini dengan suaminya. Itu pun jarang berhasil karena penis kecil sulit dengan gaya ini.
Penisku kugesek-gesek di seluruh pinggulnya. Lalu kumasukkan liang vaginanya perlahan. Mbak Alin merintih manja. Kutekan sedalam mungkin dengan gaya pelan. Tempo makin kutingkatkan seiring permintaan mbak Alin.
Aku makin beringas mengocok liang nikmat wanita setengah baya itu. Adakalanya aku membungkuk agar dapat meremas-remas payudaranya yang bergerak liar. Milut mbak Alin terus menjerit-jerit. Penisku yang perkasa tak tertahankan lagi.
Kumiringkan tubuh sintal itu. Dari posisi menyamping penisku tetap menerobos liang itu berulang-ulang.
Dari posisi ini, wajah mbak Alin jelas terlihat olehku. Berkali-kali ia memejamkan mata, menahan nikmat akibat sodokan penisku yang keras itu. Tangannya pun terus menjambak rambutku.
"ohhh...sayannggg....ssstttt..."rintihan mbak Alin bergema di ruangan itu.
Payudara sebelah kiri adalah posisi terdekat dengan wajahku. Putingnya kujilati dan kuhisapi dengan gemas. Mbak Alin melotot melihat aksi liarku ini.
Setangah jam kemudian, kutuntaskan permainan panas kami dengan menyemburkan sperma ke dalam mulutnya. Mbak Alin menelan sebagian spermaku.
Sesuai perjanjian, kami tidak bisa berlama-lama di hotel.










5 komentar:

  1. bagi pasutri atau tante pengen pijat atau ml hubungi 02197010498 dijamin puas

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Bagi wanita wilayah sumenep, yang jenuh dan stress dengan rutinitas sehari2, membutuhkan pijat relaksasi unuk kesegaran pikiran.
    Saya aji 34th,
    0812-3591-5347
    Pin bb: 58076CD6
    Skype id: dj.ajiebone

    Saya jaga rahasia dan privasi anda

    BalasHapus