Jumat, 20 November 2009

Indah, Setengah Baya Sintal

Seorang wanita setengah baya naik ke bus kota. Kebetulan di sebelahku kosong, dia duduk di sana. Kulirik wajahnya, cukup manis, meski riasannya tipis2 aja. Ketika turun ke bagian dada, mataku tertegun, sepertinya, montok juga.
Aku kemudian duduk manis. Kulihat dia sibuk membuka hp. Setelah beberapa lama, aku mulai memancing. Tehnik sederhana, kugeser sepatuku menyentuh kakinya. Hmmm, belum ada reaksi. Aku biarkan sepatuku menempel di sepatu miliknya.
Karena tak ada reaksi, kujauhkan sepatuku beberapa inci. Tak lama, ada sentuhan di sepatuku. Sepatunya telah menyentuhku. Apa sebuah kebetulan atau kesengajaan?


KUbalas sentuhan sepatunya, lalu kujauhkan. Eh, dia balas menyentuhkan sepatunya. Aku bersorak girang. Bahasa tubuhnya menunjukkan dia tertarik padaku. Lalu kulebarkan kakiku agar menyentuh kakinya. Dia menoleh ke arahku. Bahunya mulai menyentuh bahuku.
Sinyal positif itu membuat aku nekad.
“Hai, mbak, mau kemana?”tanyaku sambil memandanginya.
“Mau ke Manggarai.”
Kami pun berkenalan. Namanya indah, seorang perempuan setengah baya berusia 48 tahun. Dia tinggal sendirian di sebuah rumah kontrakan di Manggarai.
“MAmpir ke rumah mbak mau?”ajaknya.
Tentu saja aku mau.
Kami turun di dekat sebuah perempatan. Lalu kami jalan kaki masuk gang kecil. Rumah sewa mbak Indah di ujung gang yang buntu. Sepi dan tenang.
Di dalam ruang tamu, aku dipersilakan duduk di sofa yang panjang dan empuk.
Mbak Indah duduk di sampingku.
“Lucu juga ya kita kenalan. Pake acara senggol2 kaki.”
“Iya, kamu yang mulai.”
“Tapi mbak membalas. Aku takut mbak gak balas loh.”
Aku menggeser duduk mendekati Indah. Kugenggam tangannya.
“Udah berapa lama mbak jadi single?”tanyaku.
“Dua tahun.”
“Ohhh, kesepian dong.”
Dia Cuma tersenyum.
KUraih telapak tangannya dan kuletakkan di pahaku. Lalu tangannya mulai mengelus-elus pahaku.
KUdekatkan wajahku ke wajahnya. Kulumat bibir setengah terbuka itu. Indah membalasnya dengan lembut. Dilumatnya bibir bagian bawaghku.
Lembut. Aku menjilati lehernya. Aroma parfum lembut tercium olehku. Mbak indah mendesah, menggelinjang.kuraba-raba dadanya. Empuk dan kenyal.
Indah meraba-raba penisku yang terbalut cd dan celana jins.
Keras dan horny.
“Kita ke kamar mbaj aja yuk saying.”
Aku ditariknya ke kamar.
Ranjang empuk bersprei hijau muda.
Mbak indah melepas jinsku.
“Wow, penis kamu udah keras ya.” Dielus2nya batang penis yang masih di dalam cd.
Kubuka baju mbak Indah. Tinggal bh dan cd warna hitam.
“Mbak teteknya besar banget.”
“KAmu pasti suka kan?”
Indah mnelumat bibirku. Kami masih posisi berdiri. Leher jenjang indah kusambar dengan lidah. Dia menengadahkan kepalanya. Matanya terpejam.
Lalu aku turun ke bagian dadanya.
Gumpalan dadanya yang setengah terbuka itu kunikmati. Bibirku bermain2 di semua bagian. Termasuk bh hitam itu kujilati.
Mbak Indah menahan kepalaku.
“Kamu nakal banget. Mbak teteki kamu ya?”
“Iya mbak.”
Salah satu tali bh dilepasnya. Payudara mbak Indah luar biasa indah dan besar. Putingnya coklat tua tapi asyik dijilati.
Kukulum putting iatua dengan gemas. Mbak Indah merintih, mendesah dan memuji aksiku.
“Mbak, teteknya enak banget. Gede!”pujiku sambil meremas kedua tetek itu.
Kukagumi payudaranya, masih tersangga dib h warna hitam itu. AKu tak ingin melepas bh itu.
Kami naik ke ranjang. Aku duduk bersandar di ranjang. Mbak indah menjilati cdku. Lalu melepas cd itu. Penisku tegak keras.
“Sayang, penis kamu ok banget. Panjang, terus kepalanya gede lagi.lidah indah menelusuri kepala batang hingga pangkal penisku.
“Mbakkkk gelliii…”rintihku.
Dia memandangiku sambil terus mengulum penisku. Aku dibuat geli dan nikmat.
“mas, penisku kerasssss…”rintihnya. Dikocoknya berkali2 hingga penisku makin panjang.
Ohhhh, aku mendesah panjang.
PEnisku kemudian digesek2nya di payudaranya. Dijepit di tengah2nya.
Kutarik tubuh indah. Pantat terbungkus rok itu kuciumi. Lalu kubuka.
Kubaringkan tubuh mbak indah di ranjang. Kupeluk dan kujilati payudaranya. Dia menggelinjang geli. Desahannya terdengar di ruangan kami.
Tangannya mengelus2 rambutku dan mencengkeramnya.
Vagina itu dibalut cd ukuran mini dan ketat.
Kulebarkan kedua kaki Indah. Cd itu kujilati dan kuemut2 gundukan besar itu. Kusingkap cd itu dan tampak gumpalan vagina besar berwarna coklat, merah dan segar.
Indah merintih merasakan sentuhan lidahku di sekujur liang vagina itu.
Wajah indah terombang ke sana kemari. Aksiku dahsyat, membuat dia seperti kesetanan.
Aku memandangi wajahnya yang sedang horny itu.
Kami berciuman sejenak. Mbak Indah mengelus rambutku, mengasihiku.
“Mas, puasin mbak ya? Mbak dah lama gak disentuh laki2.”
“Iya mbak pasti. Mbak juga puasin mas ya.”
Aku meremas-remas bh dan kedua payudara itu.
Ukurannya besar. Indah memberitahu bh itu ukurannya 36C.
Akhitnya, penisku menerobos vagina indah dalam posisi terlentang.
Vagina kering itu mulai basah. Aku mendorong penisku sedalam mungkin.
“Ouhhhhhh….sssaaayyya…”ucapan indah terbata2.
Aku makin keras dan cepat.
Dia menggelinjang, lalu meremas sendiri teteknya. BH itu dilepasnya dan menarik kepalaku kea rah dadanya.
“JIlati saying tetek mbak…ohhhhh…”
Tekanan penisku makin tajam.
Mbak indah merintih2 tak henti.
Dia bangit dan mencari penisku, dikocoknya dan dikulumnya kepala penisku dengan lidah dan mulutnya.
“Uffff, hmmm,,”rintihnya setiap mengulum penisku.
“INi kepalanya gede banget…sih saying,”pujinya.
Indah lalu sujud di ranjang. Gaya nungging. Pantatnya yang besar itu siap untuk dimasukin.
Kepala penisku menerobos masuk ke vaginanya dari belakang. Indah mengeluh panjang. Kutekan dalam dank eras. Gerakannya makin cepat dan liar. Indah menjerit-jerit.
Sesekali aku memajukan tubuh agar bias menjilati telinganya atau meremas2 buah dadanya yang bergantungan.
Kumiringkan tubuh indah, dengan penis yang tetap di dalam vagina. Kuayun lagi sekeras mungkin, membuat Indah meronta-ronta.
:Kkkkaammu heeebbaattt…ssaayanggg…ooohhhh!!!”
Kuajak indah pindah ke sofa. Di sana, dia nungging lagi, sesuai permintaannya.
Pantat itu kosodok dengan keras dan terasa nikmat. Indah mengagumi tehnik permainanku. Sampai2 ia menyerah setelah 1 jam lebih kusetubuhi,
“IStirahat dulu ya saying, mbak salut sama kamu. Masa gak keluar2 sperma kamu, hebat!”
Dalam posisi duduk, indah menyusui aku dengan penuh kelembutan dan kasih saying.
“Mbak puas gak?”
“puas banget. Mbak belum pernah main seenak sekarang sama kamu.”
“Iya mbak, mas juga puas banget sama mbak.”
Kami mandi bersama. Dan di kamar mandi kamu selesaikan permainan di bath tub.

Read More......

Senin, 07 September 2009

Bercinta dengan Setengah Baya Teman se-Kantor

Wajah Mbak Alin biasa aja sebetulnya. Tapi dia memang wanita dewasa menarik. Tutur katanya enak dan bahasa tubuhnya mempesona. Usianya sudah 48, dengan kulit kuning langsat. Tubuhnya sintal dengan pinggang ramping dan pinggul berisi. Aku melihat bentuk pinggulnya sewaktu dia membungkukkan di meja kerjanya. Posisi meja kerjaku tepat di belakang meja kerjanya.
Aku tahu apakah dia sengaja atau tidak melakukan aksinya itu. Tapi, mataku langsung melotot menyaksikan bentuk pinggulnya yang indah itu. Meski terbalut rok panjang, bayangan celana dalamnya samar terlihat olehku. Indah sekali! Ingin rasanya aku mendekati pantat padat itu dari belakang, menyentuhnya!
"Hei, Arie, tolongin ini dong!"tiba-tiba dia memanggilku. Aku menghampirinya. Aku membungkukkan badan, tapi sempat melirik ke arah pinggulnya.
Ternyata, Mbak Alin sedang asyik mengisi tts. Dia minta bantuanku menjawa kotak TTS yang masih kosong. Aku membantunya mengisi beberapa kolom, tapi mataku sedang asyik menikmati bentuk pinggulnya yang montok itu.
Aksiku itu diketahui Mbak Alin.
"Eh, ngeliatin apa sih?"
Aku jadi gugup. Tapi berusaha untuk tetap tenang.
"Ada noda di rok mbak,"jawabku.
Mbak ALin spontan menolej ke belakang. Memandangi pinggulnya. Ada bercak noda tinta kecil di sana. Tadi, aku sempat meneteskan tinta pulpen di sana sebelum mendekati tubuhnya.
Karena posisinya yang jauh, Mbak Alin agak sulit memandang bagian noda itu. Ia malah menggeser pinggulnya agar terlihat oleh mata. Roknya sedikit terangkat ke atas. Bagian betisnya terlihat olehku. Indah dan panjang.
Singkat cerita, soal noda tinta itu selesai. Jam kantor sudah pukul 5. Kami putuskan untuk pulang bareng. Dia menumpang motorku. Karena jalanan sepi, kupacu motor agak kencang, pegangan tangan mbak ALin di pinggangku lebih erat. Terasa dekapannya pun lebih erat. Kurasa-rasakan bagian lunak di dadanya. Terasa empuk setiap kali aku sengaja ngerem mendadak.


"Sengaja ya ngerem begitu?"Mbak Alin ngomel sambil mencubit pinggangku.
Aku ketawa lebar.
"Iya mbak, biar enak."
Mbak ALin makin marah.
"Enaknya apanya?"
Motorku kuhentikan di pinggir jalan yang sepi.
Aku melirik ke bagian dadanya. Pandanganku itu ditangkap oleh Mbak Alin. Ia lalu memandangi wajahku. Air mukanya berubah seperti menahan malu.
"Mau langsung pulang gak?"tanyaku.
Mbak Alin berpikir sejenak.
"Mumpung ada kamu nih. Aku mau ketemu klien di Mampang, mau anterin mbak kan?"
"Buat Mbak yang cantik, pasti aku mau,"kataku. Aku kemudian kaget karena begitu berani ngomong begitu. Selama ini, meski satu kantor, aku gak pernah ngomong macam-macam sama dia.
15 menit kamu sampai di sebuah rumah. Kami masuk menyapa pemilik rumah. Kira-kira 10 menit, kamus udah keluar lagi. Sore itu, Mbak Alin berhasil melobi klien-nya. Dia dapat komisi penjualan sekitar 3 juta. Lumayan besar.
"Kamu udah nganterin mbak. nih buat kamu,"Mbak Alin menyodorkan uang 200 ribu kepadaku. Aku tolak dengan halus. Meski dia memaksa.
Akhirnya, aku minta ditraktir makan aja di sebuah restoran.
Tepat jam 7 kami sampai di daerah Tanjung Priok. Restoran itu bagus dengan konsep taman yang tertutup.
Sambil makan kami ngobrol ngalor-ngidul. Sampai menyinggung rumah tangganya. Menurut Mbak Alin ia kadang merasa bosan di rumah. Apalagi anak-anaknya udah besar semua. Suaminya yang pengagguran udah jarang ngobrol lagi dengan Mbak Alin. Rumah tangganya terasa hambar.
Hp Mbak Alin berdering. Suaminya menelpon bertanya posisinya dimana. Mbak Alin sempat memandang ke padaku dengan tatapan bingung.
"Aduh, mbak jawab apa nih?"
"Bilang aja sedang meeting dengan klien."
Mbak Alin menuruti saranku. Memang, tak jarang dia harus pulang larut jika sedang ketemu klien di tempat-tempat yang jauh.
Kami pun ngobrol lagi. Mbak Alin curhat jika ia sering pusing kepala sejak beberapa tahun terakhir ini. Ia nggak ngerti apa penyebabnya.
"Mungkin pengaruh umur kali ya?"tanyanya sendiri.
"Bisa iya bisa nggak. Mungkin pengaruh pikiran, bete atau merasa gak bahagia."
"Iya mungkin juga. Lagian mbak kan udah menopause."
Aku pura-pura bego.
"Menopause itu apa mbak?"
"Hmmm..kalo perempuan udah seumuran mbak kan udah gak bisa mensturasi lagi."
"O gitu yaa..."
Mbak Alin memang dikenal suka ngomong blak-blakan. Meski ia sendiri bertutur lemah lembut.
"Berarti udah gak ada gairah lagi?"
"Masih sih. Cuma kan udah males hubungan seks dengan suami lagi. Sama-sama udah tua kan?"
Tangan mbak Alin kugenggam lembut. Kutatap wajahnya yang sendu.
"Mbak itu masih sehat. Kadang di kantor sering kelihatan melamun. Apa pengaruh seks?"
Dia menghela nafas.
"Kalo gitu harus cari cowok lagi dong."
"Siapa yang mau sama mbak udah gini."
"Ada kok yang mau."
"Siapa?"
"Arie mau sama mbak. Arie kagum sama mbak. Diam-diam suka liatin mbak. Bodi mbak bagus. Mbak sering nungging pamerin pinggul. Itu sengaja kan?"
Mbak Alin mendelik.
"Arie tahu kok. Mbak cari perhatian saya kan?"
Setelah kupaksa dia mengakui.
Kami kemudian memutuskan untuk mencari tempat ngobrol lain. Aku mengajak check in di hotel. Di dalam kamar, kupegang tangannya dan kukecup lembut. Mbak Alin memandangiku dengan sendu.
"Mbak takut selingkuh Ri?"
"Gpp mbak. Arie cuma ingin deket sama mbak. Mbak juga senang kan berduaan begini."
Sesaat kami terdiam.
"Mbak soal tinta di rok mbak. Arie mau minta maaf, tinta itu Arie yang bikin."
"Loh kenapa kamu lakukan itu?"
"HAbisnya Arie kagum dengan pinggul mbak yang montok."
"Masa sih?"
"Iya mbak."
Kupeluk tubuh sintal Mbal Alin di tepi ranjang. Dengan lembut kukecup bibirnya. Lehernya yang jenjang kujilati pelan-pelan. Suara desahannya mulai mengalir di ruangan itu. Rambutku diremasnya dengan lembut seperti mengasihi kekasihnya.
"Ouhhggghh..Aaaarrriiiee...ssstttss...."
Titik sensitif di bagian lehernya sudah kujelajahi dengan sempurna. Aku turun ke bagian dadanya. Aroma parfun makin terasa di bagian ini. Begitu wangi dan mengundang gairahku.
Baju panjang yang dikenakannya menutup rapat bagian dada. Tak ada kancing di situ. Aku menyentuh bagian dadanya. Terasa kenyal. Kira-kira berapa ukuran bh-nya? Sulit menebak karena tertutup rapat.
Kuremas-remas bagian dadanya. Mbak Alin senyum manis melihat aksiku.
"Kamu nakal banget?"
Kubalik tubuhnya. Kutarik restleting bahunya. Kuturunkan setengah saja. Ketika kembali ke depannya, betapa kagetnya aku melihat BH coklat itu begitu besar membungkus isinya yang pasti juga besar.
"Ohhh...gede banget mbak?"tanyaku sambil memegang sepasang payudara di balik bh berukuran 38C itu.
Mbak Alin menyentuh ujung bh-nya dengan gaya menggoda. "Kamu suka yang besar?"
"Iya mbak, belum pernah Arie dapat sebesar ini?"
Kulumat bibir mbak Alin yang basah. Kami saling berpelukan. Sementara tanganku meremas-remas bh dan isinya dengan gemas. Tanganku mencari putingnya di dalam bh. Kugeliti puting itu.
Tak puas, aku membenamkan wajah di belahan dadanya yang padat itu. Kuciumi gumpalan daging kenyal berurat halus itu. Putingnya berwarna kecoklatan muda kubasahi dengan lidah. Mbak Alin menggelinjang geli. Kepalaku dibenakamkannya sambil merintih nikmat.
Mbak Alin melepas tali bh-nya. Ia ingin aku lebih leluasa bermain di payudaranya.
Beberapa menit menikmati keindahan itu, mbak Alin menahan aksiku.
"Arie, Mbak takut. Nanti ketahuan suami."
"Kita gak lama kok mbak."
"Ok, satu jam aja ya?"
"Arie nurut sama mbak."
Sambil berpelukan lagi, aku tetap meremas-remas payudara kenyal itu dengan nikmat. Meski agak turun, tapi tetap enak terasa di tangan. Apalagi kedua putingnya masih coklat.
Tanganku menerobos roknya. Bagian selangkangan mbak Alin kusentuh dengan jari. Mbak Alin memandangi mataku. Ia tak menyangka aku selancang itu. Tapi ia tak mau mencegah aksiku. Sebab dia memang menikmati. Terbukti desahannya begitu keras.
"Enakk mbakkk...hah..enakk kannn?"tanyaku sambil memandangi wajahnya.
Senyumnya terkembang. Tangannya meraba-raba selangkanganku yang masih terbungkus celana bahan. Sudah keras sejak tadi.
Mbak Alin tak mau lama-lama. Celana hitamku diturunkannya dan dilemparkan ke samping ranjang. CElana dalamku yang ketat membalut penisku yang keras.
JEmari Mbak Alin bermain-main di cdku.
"Udah keras ya. Kok miring gini Arie?"tanyanya menggoda.
Penisku memang posisi miring.
Giliran Mbak Anie memanjakanku. Tangannya sudah meraih penisku dari dalam cd. Ia sempat memandangiku karena demi melihat ukurannya yang panjang dan bagian kepalanya yang lebih besar dari batangnya.
"Ihhh...gede bangetttt sihhh..."katanya dengan gemas sambil meremas batang penisku.
Dikocoknya keras-keras. Ia tampak begitu buas memainkan penisku.
"Sama punya suami gedean mbak?"
"Punya kamu dong. Punya suami mbak kecil."
Kuajak mbak ALin berdiri di depan cermin yang seukuran tubuh kami. Kupeluk tubuh sintal yang tinggal celana dalam birunya. Pantatnya yang besar tersentuh oleh penisku yang tegak dan keras. Terasa empuk dan besar. Sementara leher bagian belakangnya kuciumi dengan buas. Kedua tanganku meremas-remas buah dadanya yang padat itu.
Kepala Mbak Alin terangkat ke atas menahan gejolak yang ada. Dibiarkannya aku menjilati leher samping, bahu dan punggungnya.
"Owwwhhhhh arrieee...enakkk bangetttt...mbakkk gellliii!!!!"
Aku memandang wajahnya lewat cermin.
Aku tersenyum.
Tangan kiri mbak Alin telah menggenggam batang penisku tetap dalam posisi membelakangi. Setiap aku menjilati lehernya dari belakang, genggamannya makin keras. Sampai akhirnya dia membalikkan badan dan menarik penisku ke ranjang. Aku biarkan dia memegang kendali. Aku disuruhnya duduk di kepala ranjang dengan posisi setengah duduk. Kedua kakiku kulebarkan. Penisku mengacung ke atas.
Mbak Alin mengocoknya berulang-ulang. Kemudian...
Lidahnya telah menyapu kepala penisku dengan lembut. Begitu lembut sampai aku kegelian, menahan nikmat. Dengan lihai ujung penisku dijilatinya dengan ujung lidah. Dahsyat!

Batang penisku pun ditelusurinya dengan lidah yang sakti itu. Begitu lembut, sampai aku beberapa kali menjenggut rambutnya karena menahan kenikmatan tiada tara. Puncaknya, seluruh kepala penisku dikulumnya dengan mulutnya. Sampai setengah batang penisku ditelannya. AKu merintih pelan, membuat mbak Alin makin semangat memainkan penisku.

Mbak Alin bangkit dan mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Dia senyum manis sekali.
"PEnis kamu enak banget. Boleh mbak gigit gak?"
"Sakit dong mbak."
"Habisnya mbak gemesss. Gede banget sihhh..."
Kusuruh mbak Alin nungging di ranjang empuk. Aku ingin melihat pantatnya dalam posisi begitu. Oh My God, begitu bulat, besar dan mengundang nafsu.

Kuciumi bagian pinggulnya yang heboh itu. Dasar ibu-ibu, dia malah dengan genit menunggingkan lebih tinggi lagi pantatnya. Aku kewalahan. Kuintip daging vaginanya yang mengintip dari sela pantatnya. Kuturunkan celana dalamnya. Kujilati pantatnya lagi sebelum kuarahkan penisku ke liang vaginanya. Doggy style adalah gaya favoritku. Sementara Mbak Alin hanya pernah beberapa kali gaya ini dengan suaminya. Itu pun jarang berhasil karena penis kecil sulit dengan gaya ini.
Penisku kugesek-gesek di seluruh pinggulnya. Lalu kumasukkan liang vaginanya perlahan. Mbak Alin merintih manja. Kutekan sedalam mungkin dengan gaya pelan. Tempo makin kutingkatkan seiring permintaan mbak Alin.
Aku makin beringas mengocok liang nikmat wanita setengah baya itu. Adakalanya aku membungkuk agar dapat meremas-remas payudaranya yang bergerak liar. Milut mbak Alin terus menjerit-jerit. Penisku yang perkasa tak tertahankan lagi.
Kumiringkan tubuh sintal itu. Dari posisi menyamping penisku tetap menerobos liang itu berulang-ulang.
Dari posisi ini, wajah mbak Alin jelas terlihat olehku. Berkali-kali ia memejamkan mata, menahan nikmat akibat sodokan penisku yang keras itu. Tangannya pun terus menjambak rambutku.
"ohhh...sayannggg....ssstttt..."rintihan mbak Alin bergema di ruangan itu.
Payudara sebelah kiri adalah posisi terdekat dengan wajahku. Putingnya kujilati dan kuhisapi dengan gemas. Mbak Alin melotot melihat aksi liarku ini.
Setangah jam kemudian, kutuntaskan permainan panas kami dengan menyemburkan sperma ke dalam mulutnya. Mbak Alin menelan sebagian spermaku.
Sesuai perjanjian, kami tidak bisa berlama-lama di hotel.










Read More......

Senin, 24 Agustus 2009

Janda Sukabumi yang Hot

WOw, perempuan yang kutemui di sukabumi, seorang wanita jilbab dengan tubuh padat berisi. Mataku bisa memastikan itu. Dari wajahnya yang keibuan, usianya kuperkirakan sekitar 40 tahun. Dan tidak salah.

"Udah tua mas,"katanya memperkenalkan diri. "Udah 41 tahun"
Wanita itu bernama Elli. Seorang istri dari seorang pria tukang ojek. Beruntung bener si suami dapat istri semolek ini.
Singkat cerita, dia mau ikut ke jakarta, kerja sebagai tukang pijat. Aku bilang mau bantu dia cari kerjaan itu.
Sesampai di rumah kontrakan, Teh Elli istirahat di ruang tamu.
Kami ngobrol soal pekerjaan. Dia belum berpengalaman, tapi nanti bisa belajar.
Teh Elli, asli sunda, sukabumi. Kupinta dia belajar dengan memijit aku dulu.
Di kamar tidur, ia melepas tutup kepalanya. Rambutnya yang panjang hitam, menambah daya tarik alaminya. Wajahnya sepintas lalu mirip Nicky AStria.

"Kenapa dilepas Teh?"tanyaku.
"Gpp, Teteh kadang-kadang aja pake jilbab kok."
Aku lepas kemejaku. Berbaring terlentang di ranjang. Teteh memijit bagian lenganku.
"hmmm enak teh..."
Teteh terus memijit. Sementara mataku nakal melirik arah dadanya yang tertutup rapat jubah panjangnya.
"Teh, turun ke bawah ke bagian paha."
"Dilepas dulu atuh celananya."
Mendengar tawaran itu aku langsung girang.
Teh Elli membantu lepas jinsku.
Dia melirik ke arah cdku yang menggelembung. CD bewarna coklatitu terlalu ketat dan mini membungkus penisku. Kulihat sorot mata Teh Elli terkejut tadi.
"Kenapa Teh?"
Dia cuma senyum.
Lalu tangannya yang mungil dan lembutitu mulai memjit bagian paha sebelah kiri. Sambil sesekali kami ngobrol, kulihat penisku semakin menggelembung. Sentuhan lembut Teteh merangsang libidoku.
"Teteh sering pijit suami dong?"
"Kadang-kadang. Suamiku gak gitu suka."
Kusentuh tangan teteh dan kuremas lembut.
"Nanti kalo udah kerja, sementara tinggal di sini gpp. Biar hemat duitnya daripada ngontrak."
Teh Elli mengangguk setuju.
Teh Elli memindahkantangannya ke paha bagian dalam. Aku menggeliat geli. Soalnya dia sempat menyentuh batang penisku.
"Teh enak di bagian itu, turun lagi teh di bagian bawah."
Kurahkan dia agar memijat di bagian bawah bulatan penisku. Tapi, malah teteh malah memijit bagian bola penisku. Ya sudah, aku menikmatinya.
"Enakk teh... pinterrr bangettt..."
Dia terus memijitnya dengan lembut. Makin lama pjitannya makin keras. Sepertinya dia merasa gemas. Lalu dia meremas batang penisku yang keras.
"Keras ya...lepas aja ya Mas,"pintanya.
Aku mempersilakan dia melepas cdku.
Teteh menutup mulutnya dengan tangan menahan jeritan kecil.
Penisku yang keras itu memanjang dan indah.
"Gede banget punya mas."
"Gedean mana sama punya suami?"tanyaku.
Teteh diam sambil mengelus-elus kepala penisku yang lebih besar dari batangnya. Kemudian diremas-remasnya seluruh penisku.
Ditegakkannya batang penisku dan memandanginya dari berbagai sisi.
"Ini mah bangkok punya,"pujinya lugu.
Aku senyum dan menyentuh tangannya. Penisku dikocoknya dengan pelan=pelan. Aku makin liar. Sentuhan tangan teteh nikmat sekali. Aku segera bangkit dari ranjang. Kupeluk dia dan kulumat bibirnya seketika.
Teteh kaget melihat aksiku, tapi menikmatinya. Sementara tangannya tetap memegangi erat penisku. Kuraba-raba payudaranya. Wow, terasa kenyal dan ukurannya besar. Seberapa besar nih?
KUlepas baju panjangnya. Kulempar ke tepi ranjang. Tampak BH besar bewarna putih berenda menampung beban berat. Sebagian payudaranya seakan keluar dari sarangnya. Kuraba-raba gundukan payudara putih berurat halus itu. Kenyal dan padat. Penisku yang adadi tangan teteh mengeras lagi.
Aku menciumi bh dan segala isinya. Putingnya belum kusentuh. Karena aku ingin menikmati sebagian payudaranya aja dulu.
Teteh Elli menggelinjang geli. Apalagi ketika aku menjilati lehernya yang jenjang. Tanganku merba-raba putingnya yang terbayang di balik bhnya.
"Mas suka tetek aku ya?"tanyanya dengan nafas tersengal-sengal.
Aku mengangguk kecil.
Kulepa bh itu dan kupandangi label bh miliknya. Ukuran 38C!!!
Wow, ini pertama kali aku mendapatkan wanita dengan buah dada sebesar ini.
"Teh...kok gede banget sih?"kataku sambil meras sepasang buah dada indah itu. Putinngnya yang coklat muda itu segar dan kulumat dengan bibirku. AKsi ini membuat teteh nyaris terlepas dari pelukanku. Dia merintih geli. Rambutku dijambaknya dan menekankan kepalaku agar semakin terbenam di dadanya yang padat itu. Dia seperti menyusui anak kecil yang haus kasih sayang.
Pantanya kuremas-remas sambil lalu. Kemudian kutariklepas rok panjang miliknya. Kupandangi vaginanya yang dibalut cd warna putih.
Teteh berbaring dalam posisi miring. Aku berada di sampingnya dengan posisi yang sama. Pantatnya besar sekali dan membentuk bulatan yang seksi.
Kuraba-raba pantatnya. Kujilati lehernya bagian belakang. Teteh menggelinjang geli dengan rintihan-rintihan lembut. Tanganku bekerja di bagian buah dadanya. Remasanku gemas dan keras. Sementara penisku yang keras itu kugesekkan di bongkahan pantatnya.
"Teteh suka gak?"
Dia memandangi wajahku. Senyumannya begitu penuh hawa nafsu. Pipinya bersemu merah. Sekilas dia menurunkan padangannya ke arah selangkanganku. Di sana ada batang penisku yang sedang di puncak kekerasannya.
"Ini buat Teteh,"kataku.
Teteh tersenyum manja. Dicengkeramnya batang penisku.
"Suami teteh kecil banget...Kok bisa gede gini sih mas?"
Bibir tetep kusumpal dengan penisku. Dia menyambutnya dengan buas. Permukaan kepa penisku dilumuri dengan air liurnya dan dikulumny seperti permen. Aku kini yang merintih nikmat. Kadang dia gigit-gigit kecil kepala penisku. Ini gila enaknya. Apalagi dia menjilat seluruh batang penisku dari pangkal hingga ujung. Perlakuan teteh luar biasa nikmat.
Aksi ini kurekam dengan handicam miniku. Kubiarkan ia berlama-lama bermain dengan penisku. Sambil begitu aku tetap asyik meremas-remas buah dadanya yang makin besar akibat rangsangan. Puting-putingnya kuremas-remas dengan jari-jariku. Baru setelahitu tanganku meraba-raba vaginanya yang dibungkus cd itu. Kuselipkan jariku di dalam cd dan kumainkan daging vagina miliknya. Teteh menjerit-jerit.
KUlepas cd putih itu. Tampak vagina teteh tanpa bulu berwarna daging merah.
Kulebarkan kakinya dan kujilati dengan penuh nafsu. Teteh meronta-ronta. Dia mengaku belum pernah diperlakukan seperti ini sama suaminya.
"MAsssss...ufffhhhh....sakkkittttt....ohghhhhh!!!!"
Aku makin liar. Kupandangi matanya yang terpejam menahan kenikmatan.
Lalu aku mengajak gaya 69. Kami berdua sibuk memanjakan alat kelamin secara bersamaan. Tentu saja teteh kewalahan. Beberapa kali ia melepas kuluman penisku karena gak kuat menahan jilatan pada vaginanya.
"Teteh sayang suka gak dijilatin?"tanyaku.
Dia mengangguk kecil.
"Sekarang teteh nungging."
Dia menuruti perintahku. Pantatnya yang super besar itu menantangku. BOngkahan vaginanya mengintip dari sela-sela pantatnya. Dari belakang, kujilati daging vagina itu. Teteh menoleh ke belakang, memandangi aksiku. Mulutnya tak putus-putus merintih.
"Ssssayyyannnggg...ougghhhhhhh...Kaaammmuuu naakkaalll bangggettt!!!"teriaknya meracau tak karuan.
Aku kerjain dia makin liar. Aku ingin bikin teteh terbang ke langit ke tujuh. Teteh meremes teteknya sendiri karena menahan rangsangan yang begitu dahsyat dariku.
Teteknya bergelayutan indah.
Akhirnya, penisku yang sudah maksimal itu dikulumnya lagi. Kali ini menjepitnya di sela-sela buah dadanya. Dia belum pernah gaya begitu. AKu tadi sempat mengajarinya.
Ternyata dia menikmati gaya ini. Ujung penisku yang terjepit dijilatinya dengan lidahnya.
Aku kewalahan.TApi aku tak ingin cepat keluar di sesi ini.
Kupeluk dia dalam posisi duduk. Kuciumi pipi, leher dan buah dadanya. Kubisikkan di telinganya, kalau aku ingin memmuaskan dirinya.
"Benar sayang? MAu muasin teteh kan?"
Iya sayang..."
"Makasih ya." Teteh mencium pipiku dengan mesra. Sekali lagi, dia menyusui aku lewat putingnya sebelah kiri. Bibirnya meracau apa aja. Berkali-kali ia memuji kemesraanku.
Sesi pertama, teteh tidur terlentang. KAkinya kulebarkan hingga vaginanya terbuka lebar.
IA memandangiku dengan tatapan bahagia. Ketika ujung penisku masuk ke vaginanya matanya mendelik tajam. Ia mulai mendesah lembut. Rambutnya yang panjang berantakan akibat kocokanku. Berkali-kali ia menoleh ke kanan ke kiri, menahan serangan nikmatku. Sementara kupandangi sepasang payudara yang tergeletak indah di dadanya. Kuremas dengan satu tangan.
Wow, aku baru sadar, tak ada cairan di vagina teteh. Begitu kering, pantesan terasa seret setiap penisku keluar masuk di liang senggamanya.
Teh Elli terus menjerit antara sakit dan nikmat. Kudekati wajahnya. Sambil berbisik kugoyang vaginanya yang nikmat.
"Ennnakkk sayyyang...heh...enakkkk gakkk??!!"
Teteh menjerit-jerit. Dia dekapnyqa tubuhku erat-erat.
Kemudian aku menyuruhnya untuk ganti gaya. Teteh menduduki penisku. Dimasukkannya ke dalam vaginanya. Aku tidur terlentang. Dia menekan pantatnya kuat-kuat berulang-ulang sampai amblas penisku ke dalam liangnya. Guncangan tubuh montok itu membuat payudaranya berayun-ayun. Kuraih keduanya dan kuremas-remas.
Teteh tampak puas bangettt. Sesekali ia menjambak sendiri rambutnya. Bibirnya digit berkali-kali.
"Ohhh..."Teteh melepas penisku.
"Gila kamu, kok belum keluar hebat juga mas sayanggg..."
Aku cuma senyum. Teteh kemudian kubaringkan miring. Pantatnya yang montok itu menambah gairahku. Lubang memeknya kutembak dari posisi menyamping. Kukocok pelan dan lama-lama makin cepat.
Teteh menjerit terus. Setengah jam sesi ini kujalani bersamanya.
DOggy style di sesi berikutnya.
Sebelum mulai, kujilati pantat dan vagina teteh yang seksi itu.
Meski usia 41 tahun, tubuhnya seksi banget. Pantat montok, payudara besar.
Blesss...batang penisku sudah amblas ke dalam luang vaginanya. Kusodok sekuat mungkin. Sampai ke dasarnya. Teteh menjerit keras.
Kuayun-ayun berulang-ulang penisku dengan gemas. Jujur, ini vagina kering banget. Dia merasa sakit tapi dia nikmati banget.
Setengah jam sesi ini kusudahi dengan puas. Teteh memuji berkali-kali. Total dua jam penetrasi kulakukan tanpa sperma keluar dari penis.
Teteh tersenyum puas.
"MAs...kamu hebat bangettt sih!"
Read More......

Kamis, 20 Agustus 2009

Nikmatnya Wanita 43 Tahun

Rasanya aku beruntung lagi sore ini. Seorang wanita setengah baya minta diantarin ke sebuah apotik. Kami menumpang taksi. Dalam perjalanan ia mengaku bernama Mbak Ami. Dia berusia 43 tahun, mengenakan jilbab warna hijau dan berparas manis. Tubuhnya sintal.
Singkat cerita dia membeli obat di apotik dan lanjut kami makan di restoran padang.
Di situ, aku mengagumi bahasa tubuh mbak Ami. Tutur katanya enak didenger.
Dia sudah bersuami. Tapi, suaminya sudah lama tidak kasih nafkah batin. Maklum, usia suami sudah 55 tahun.
"Anak saya sudah 2 loh, udah gede-gede,"akunya terus terang.
Aku makin kagum aja. Sesaat ia berdiri di apotik tadi, aku memandangi pinggulnya yang luar biasa besar, tapi seimbang dengan ukuran pinggangnya.
"Obat buat siapa sih mbak?"
"Ini vitamin aja kok."

Akhirnya, kami keluar dari restoran.
Mbak Ami ngajak aku ke kontrakan temannya. Tapi, temannya baru saja mau keluar rumah.
Karena kami capek, mbak ami putuskan untuk tinggal di rumah itu. Sang teman akan kembali beberapa jam lagi, katanya.
Suasana sepi. Kamu duduk di sofa. Mbak Ami duduk bersender di sofa yang empuk. Sambil senyum, kupandangi wajahnya. Dia pun membalas senyum.
"Capek juga ya?"
"Apanya?"
"Kaki mbak pegel nih,"katanya.
"AKu pijit mau kan?"
"Emang bisa?"
"Bisa...pernah belajar dari bokap."
Kudekati kaki mbak Ami. Disingkapnya baju panjangnya. Tampak betis bunting padi berkulit coklat muda itu. Kupijit lembut. Kupandangi wajahnya. Sebetulnya sih tidak begitu cantik, tapi enak aja dilihat mata. Pijitin ku membuat ia nikmat, sampai matanya agak terpejam.
Aku pindah ke sampingnya.
"Bagian tangannya ya?"
"Iya boleh. kamu pinter juga mijit."
Tangannya lembut kurasa. Begitu lengannya kupijit mbak AMi memandangku dengan tatapan aneh. Aku tetap memijit, hingga ke bagian bahu. Kini, aku semakin merapat ke tubuhnya yang sintal. Lantas, tanganku menuju bagian leher, kusingkap kain penutup kepalanya sedikit. Lehernya yang jenjang terlihat olehku.
"Enak mbak?"
"He hemmmm...ssst..."
Aku melirik ke bagian dadanya. Susah menebak berapa besar ukuran payudaranya, karena baju jilbabnya yang rapat.
Mbak AMi menggelinjang geli, ketika jemariku menari-nari di kulit lehernya yang jenjang itu.
"Udah ya..nanti keterusan... dosa..."
Aku senyum.
"Kita cuma pijit kok, gpp, terusin ya..."
Rayuanku kena juga. Malah sekarang, kupinta lepas tutup kepalanya. Rambutnya panjang sebahu, hitam, menambah daya tarik perempuan yang sudah menopause ini.
Kucium diam-diam.
"rambutnya wangi banget sih mbak."
Mbak Ami menoleh ke arahku.
"Habis keramas tadi,"sahutnya lembut.
Matanya memandangiku dengan sendu. Sepertinya ia sudah mulai larut dengan suasana.
"Kita kok cepat akrab ya mbak,?"
"Iya mbak juga heran. Padahal mbak gak gampang kenalan dengan orang baru."
"Hmm..apa mungkin mbak butuh temen baru...mbak selama ini jenuh."
Dia senyum.
"YA kan, ngaku aja. Aku mau kok jadi temen mbak."
"Tapi nanti ketahuan suamiku gimana?"
"tenang aja mbak, kita tetap rahasiain aja. PAling temen mbak doang yang tahu."
Mbak Ami mengatur siasat. Nanti kalo temannya pulang, bilang aja kalo aku tuh adik sepupunya.

Kuraih telapak tangan kanan mbak Ami dan kukecup lembut. Dia sempat kaget dengan aksi romantisku. Lalu kuminta dia menggeser pantatnya agar miring membelakangiku.
"Sekarang kita sambil ngobrol deh. Curhat aja. Kita kan dah jadi temen?"
Mbak Ami setuju ideku. Tapi dia gak sadar dalam posisi miring seperti itu, pantatnya yang besar itu sedikit menyentuh bagian selangkanganku.
Mbak Ami bercerita tentang rumah tangganya. Sang suami sudah 2 tahun tidak lagi berhubungan suami istri. Selain tua, sang suami juga sudah mengidap penyakit berat.
Nada suaranya sendu dan sedih.
"Aku makluk kok mbak. Mbak pasti merasa sepi."
Dia menoleh ke arahku. Matanya tampak berlinang.
"Mbak jangan sedih, Ari kan udah jadi temen mbak sekrang."
Kepala mbak Ami kutarik pelan agar menyender ke bahuku. Dengan lembut kuelus-elus rambutnya. Lalu, kucuri ciuman ke keningnya. Mbak Ami kaget sesaat, tapi ia tak marah.
"Mbak, geser dikit. Ari mau duduk agak belakang lagi."
Mbak Ami menggeser ke depan. Aku duduk di belakangnya. Lalu kutarik tubuhnya agar lebih rapat ke arahku. Posisi pantatnya menjepit penisku.
"Mbak, kejepit nih..."
Mbak Ami cepat menoleh. Pantatnya kusentuh, kudorong ke depan sedikit.
"sakit gak?"
"Gak sih, cuma kaget aja tadi kena pantat mbak yang besar."
Mbak Ami senyum ke arahku.
"Kok bisa gede gini mbak pantatnya,"
"Ya namanya juga dah ibu-ibu."
Tapi ibu yang montok, bisikku dalam hati.
"Tapi mbak tetap cantik kok. Rahasianya apa?"
"Ah masa sih? Udah tua tau."
Dari belakang ia kupeluk. Tangan melingkar di dadanya. Kedua tangannya mendekap tanganku erat.
Mulai terasa dadanya di tanganku. Tapi, aku jangan buru-buru.
Kuciumi rambutnya, terus ke bagian bahunya dari belakang. Aroma parfum merangsang naluriku.
Mbak Ami mulai bereaksi. Tangannya mulai mencengkram keras tanganku. Ia mendesis geli. Tekanan tangannya membuat tekanan tanganku di dadanya makin terasa.
Kujilati leher sisi samping, membuat ia memiringkan kepala.
"ohhhkkkk..sssyyyttt...."desahnya lembut.
Ia menjambak rambutku. Posisi ini membuat aku lebih enak meraba-raba dadanya yang empuk.
"Arrriiii...mbak ggellliii..."
"Iya sayang...enak kan..."
Aku menggeser ke samping agar bisa menghadap wajahnya. Sentuhan pada dadanya membuat aku horny. Aku merasa dadanya besar, tapi seberapa besar. Bibir mbak Ami yang dipoles lipstik tipis kulumat lembut. Ia membalas dengan mesra.
Aku menjilati lehernya dari arah depan. Posisi ini membuat mbak Ami menengadahkan kepala, membiarkan setiap inci lehernya kuciumi.
"AAaaarriiii...ouhhkkkkk...sstttt..."
Rintihan kecil mbak Ami membuatku semakin bernafsu. Kuminta ia melepas baju panjangnya.
Rasa penasaranku hilang sudah. Tapi, siapa sangka, ukuran dada mbak Ami luar biasa besar. Itu terlihat dari BH biru berenda tanpa cup itu menampung isi yang besar.
"Mbak, gede banget dadanya..."
Ia cuma senyum tipis. Tanpa berlama-lama mbak Ami menarik wajahku dan melumat bibirku. Sementara aku mulai meremas-remas bh dan isinya dengan gemas. Betapa kenyal dan padat.
Ciuman mbak AMi semakin liar, sesekali ia menjambak rambutku hingga akhirnya ia membenamkan wajahku di belahan dadanya yang indah itu. Hmmm...ini adegan yang aku suka. Dia telah memintaku untuk lebih agresif. Wangi payudaranya merangsangku. Kuciumi daging kenyal yang setengah menyeruak keluar dari bh nya. BH nyapun kijilati sesuka hati. Mbak Ami memandangiku dengan bahagia. Dia membantuku melepas salah satu bh sebelah kiri, mengeluarkan putingnya.
Aku melumat puting coklat tua itu. Urat-urat halus di permukaan payudaranya indah sekali. Betapa nikmat puting itu. Kujilati, kuhisap dan kugigit kecil.
Mbak Ami merintih-rintih.
IA berdiri, kulepas tali bhnya dari belakang.
Sepasang buah dada besar itu bergelayutan, memanjang dengan bentuk yang indah. Aku remas sambil kupeluk ia dari belakang. Batang penisku menyentuh pantatnya yang masih terbalut rok panjang.
Betapa padat pantat mbak Ami, aku kagum sekali. SAmbil kremas-remas gemas payudara perempuan setengah baya itu, kutelusuri tengkuknya dari arah belakang. Ia mengangkat wajahnya. Di depan kami ada cermin besar, sehingga dapat kulihat kedua matanya terpejam.
"Hmmm...teteknya enak bangettt, mbak sayang..."pujiku.
Tak ada jawaban apa-apa. Mungkin karena mbak Ami sedang menikmati sentuhan-sentuhanku.
Kutekan lagi penisku ke pantatnya. Mbak Ami merasakan ini. Dia menoleh ke arahku.
"Apaan itu keras banget di belakang?"
Aku senyum mendengar candaannya.
Mbak Ami meraba-raba selangkanganku. Meski masih dibungkus cd dan celana jins, tapi sudah terasa keras.
Dia berjalan ke arah sofa. Di sana, ia meraba-raba penisku. Restletingku dibuka, lalu benda padat keras milikku dikeluarkan dari dalam cd miniku.
"Uffggg...gede banget Aaarrii..."pekik mbak Ami.
"MAsa sih? Emang segini gede mbak?"
AKu sendiri gak pede dengan ukuran penisku. Menurutku biasa aja.
"Iya ini mah gede...liatin ini...panjang...kepala penisnya gede banget..."
Aku tersanjung dipuji begitu. Menurut mbak Ami, ukuran penisku lebih panjang daripada suaminya.
Tangan lentik mbak Ami mengelus-elus batang penisku. Aku semakin hornyi. Aku segera menarik tubuhnya yang telanjang dada ke sofa. Kulepas rok panjangnya. Tampak cd warna biru muda ukuran mini ketat membalut bagian intimnya.
Kupandangi bagian vaginanya yang kelihatan menonjol besar banget.
Kusentuh dengan jariku. Mbak Ami melotot melihat aksiku. Tapi aku belum ingin bermain-main dengan itu. Aku bersender di sampingnya. Kami berpagutan lagi. Kedua payudaranya gantian kuremas-remas. Puting-putingnya kuraba-raba dengan jari.
"Arrii..kamu seneng banget payudara mbak ya?"
"Iya mbak...gede banget...blom pernah dapat tetek segede ini...ukuran berapa bh nya mbak?"
"38B"
Oh may god...super banget!
"Susuin Arie mbak.."pintaku.
Mbak Ami mengangkat sepasang payudaranya dan mengarahkan puting-putingnya ke arah mulutku. Aku menyambutnya dengan senang. Gantian puting2 itu kuemut-emut dengan nikmat.
Tangan mbak Ami menggenggam penisku erat2. Sesekali dikocoknya pelan. Kadang batangku ditariknya ke atas. Makin keras saja penisku dibuatnya.
"Sudah mas, kamu netek terus sih..."
Mbak Ami mengaku menikmati permainanku di payudaranya. Suaminya tidak begitu suka begitu, karena suaminya gak suka ukuran yang wah.
Lanjut ke permainan berikutnya. Aku menciumi gundukan vagina yang terbungkus cd biru itu. Mbak Ami kontan kegelian. Dijambaknya rambutku. PAdahal itu baru permulaan. Sensitif sekali dia.
Bau khas tercium hidungku. Pelan-pelan kusibak cd ketat itu. Wow...vagina besar itu tanpa bulu sehelai pun. Warnanya merah segar. Heran, sudah setengah baya, tapi masih seger gitu.
Mbak Ami masih menunggu aksi berikutnya. Lidahku menjulur ke bagian vaginanya. Dia menjerit kaget. Gila, rambutku direnggut keras.
Aroma vagina mbak Ami wangi. Malah jadi nafsu dibuatnya. YA udah, lidahku menerobos ke dalam liang vaginanya yang agak sempit itu. Biji klentitnya kuemut-emut.

"Auugghhhhh....aaarrrriieee....ssssssssstttttttt!!!!"
Mbak Ami menjerit kenikmatan. Dengan gemas ia meremas-remas sendiri buah dadanya yang makin keras dan membesar itu.
Beberapa kali pantatnya terangkat setiap klentitnya kuemut-emut.
Dengan suara bergetar dia memuji aksiku.
"Mbak belum pernah digituin sama suami seumur-umur...ohhhh...enakkk bangettt sayanggg..."
Aku berdiri di hadapan mbak Ami. Penisku yang lurus keras mengarah ke wajahnya. Dia mengocoknya beberapa kali, lalu...
Bibirnya sudah mengulum kepala penisku. Nikmatttt....
Karena pengalaman tentu saja ia tahu beraksi yang enak.
Penisku semakin panjang.
Mbak Ami sempat becanda dengan mengukur-ukur. Lucu juga gayanya.
"Ya, ampun ini kok panjang banget sih..."
"Mbak suka?"
"SUka banget..."
Penisku dijepitnya di tengah buah dadanya. Digosok-gosok naik turun. Limabelas menit berlalu.
"Kok belum keluar juga mas?"
Mbak Ami bingung, karena dulu suaminya digituin sudah muncrat.
Aku senyum ke arahnya. Kami kemudian berpelukan di sofa yang ukurannya cukup lapang itu.
Mbak Ami tak bosan-bosan mengocok2 penisku. Sementara aku tak bosan menetek terus.
Akhirnya, mbak Ami minta dimasukin. Dia setengah tidur bersandar di sofa. Kakinya kulebarkan. Vaginanya menguak lebar. Sejenak sempat kujilati sebelum kepala penisku menerobos masuk.
Mbak Ami merintih sakit. Kutekan sedalam-dalamnya. Makin keras dan cepat.
"Sssstttt....oouuhhhghhh.....wawowaowowwaww..."
Bibir mbak Ami meracau gak menentu. Setiap hentakan membuatnya meronta-ronta.
Kudekati wajahnya sambil tetap menggoyang vaginanya.
"NGgg...enakk sayannggg...."
Dia mangut-manggut.
Kumiringkan tubuhnya. Posisi menyamping, penisku terobos vaginanya. Pantatnya yang besar jadi begitu empuk dan kenyal.
Mbak Ami berulang kali menoleh ke arahku setiap hentakan keras yang kulakukan.
Tentu saja ini membuatnya semakin kagum pada aksiku.
Setengah jam penisku masih perkasa.
Lalu, dia kusuruh nungging. Pantat besarnya membuat aku kewalahan. Kujilati dari berbagai arah. Jujur, belum pernah kulihat ukuran sebesar dan bulat ini.
Dengan sedikit susah, kumasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Mbak AMi menoleh ke arahku.
"ssssttt,"desisnya.
Kukocok berulang-ulang ke vaginanya. Semakin cepat, membuat mbak AMi menjerit-jerit. Untung suaranya tidak terdengar sampe keluar.
Buah dadanya berguncang keras. Kuraih dengan tanganku sambil tetap menggoyang pantatnya. Enak banget...kenyal. Vaginanya kering...
sepuluh menit, mbak Ami mengulum penisku. Lanjut lagi. Kali ini, ia agak merendahkan pantatnya. Posisi sulit ini, bisa kujalani dengan sempurna. malah, di posisi ini mbak Ami kewalahan.
Total 11/2 jam penetrasi vagina mbak Ami selesai.
Keringatnya basah di tubuhnya yang montok itu.
IA tak percaya spema ku juga belum keluar.
"Sayangg...gimana kok belum keluar juga...hebat banget sih..."
Kupinta ia mengulum dan mengocok sampe keluar sperma. Mbak Ami mengaku belum pernah melakukan itu.







Read More......

Sabtu, 06 Juni 2009

Bercinta di Kamar Hotel


Beruntung malam itu aku ketemu dengan Mbak Lili. Wanita 41 tahun itu sedang butuh teman curhat. Ia baru dicerai suaminya tahun kemarin. Kami berdua pun menjadi akrab dan memutuskan ngobrol sampe pagi di sebuah kamar hotel.

Kami duduk berhadapan di atas ranjang. Mbak Lili tersenyum ke arahku. Kupandangi wajahnya yang masih cantik itu. IA cantik dengan busana kemeja berwarna pink itu.Sempat kucuri pandang ke arah bagian dadanya. Tidak terlihat payudara itu karena demikian tertutup.Mbak Lili mencubit nakal pahaku. Ia meraba-raba di sekitar bagian paha beberapa saat.
Gerakan lembut tangannya menggairahkan libidoku. Aku ingin ia bertindak lebih lanjut. Apalagi ia begitu dekat ke arahku. Aroma parfum itu begitu seksi.Lili dekat sekali dan ia melumat bibirku yang setengah terbuka. Aku membalasnya dengan buas. bahkan aku telah menjilati bagian lehernya.\
Kesempatan baik kumanfaatkan. Meski ia mendesah, aku semakin tak peduli. Tanganku meraba-raba bagian dadanya. Oh, terasa lembut kenyal. Meski aku belum melepas bagian baju dan bh nya.
"Lepas aja sayang baju mbak..."pintanya.
Aku segera menuruti perintah itu. kulepas dan terkejut melihat bh putih itu demikian besar menahan gumpalan dading kenyal di dalamnya.Kusergap bh itu dengan ciuman bertubi-tubi, hingga mbak Lili menggelinjang kegelian.
Read More......

Kamis, 02 April 2009

Bercinta dengan Sahabat Suami

Heru, 32 th, adalah teman sekantor suamiku yang sebaya dengannya sedangkan aku berumur 28 th. Mereka sering bermain tenis bersama, entah mengapa setiap Heru datang kerumah menjemput suamiku ia selalu menyapaku dengan senyumnya yang khas, sorotan matanya yang dalam selalu memandangi diriku sedemikian rupa apalagi sewaktu aku memakai daster yang agak menerawang tatapannya seakan menembus menjelajahi seluruh tubuhku.


Aku benar benar dibuat risih oleh perlakuannya, sejujurnya aku merasakansesuatu yang aneh pada diriku, walaupun aku telah menikah 2 tahun yang lalu dengan suamiku, aku merasakan ada suatu getaran dilubuk hatiku ditatap sedemikian rupa oleh Heru. Suatu hari suamiku pergi keluar kota selama 4 hari. Pas di hari minggu Heru datang kerumah maksud hati ingin mengajak suamiku bermain tenis, pada waktu itu aku sedang olahraga dirumah dengan memakai hot pant ketat dan kaos diatas perut.

Ketika kubuka pintu untuknya ia terpana melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak jelas di kaos dan celana pendekku yang serba ketat itu. Darahku berdesir merasakan tatapannya yang tajam itu. Kukatakan padanya suamiku keluar kota sejak 2 hari lalu, dia hanya diam terpaku dengan senyumannya yang khas tidak terlihat adanya kekecewaan diraut mukanya, tiba-tiba ia berkata "..Hesty mau tidak gantiin suamimu, main tenis dengan saya.." Giliran aku yang terpana selama menikah belum pernah aku pergi keluar dengan laki laki selain suamiku tetapi terus terang aku senang mendengar ajakannya, dimataku Heru merupakan figure yang cukup 'gentleman'.

Sementara aku masih ragu-ragu tiba tiba dengan yakin ia berkata "..Cepet ganti pakaian aku tunggu disini.." Entah apa yang mendorongku untuk menerima ajakannya aku langsung mengangguk sambil berlari kekamarku untuk mengganti pakaian. Dikamar Aku termangu hatiku dagdigdug seperti anak SMU sedang berpacaran lalu aku melihat diriku dicermin kupilih baju baju tenisku lalu ketemukan rok tenis putihku yang supermini lalu kupakai dengan blous 'you can see' setelah itu kupakai lagi sweater, wouw.. cukup seksi juga aku ini.., setelah itu aku pakai sepatu olahragaku lalu cepat cepat aku temui Heru didepan pintu "..Ayo Her aku sudah siap.." Heru hanya melongo melihat pakaianku. Jakunnya terlihat naik turun.

Singkat kata aku bermain tenis dengannya dengan penuh ceria, kukejar bola yang dipukulnya, rok miniku berkibar, tanpa sungkan aku biarkan matanya menatap celana dalamku, ada perasaan bangga dan gairah setiap matanya menatap pantatku yang padat bulat ini.

Saking hotnya aku mengejar bola tanpa kuduga aku jatuh terkilir, Heru menghampiriku lalu mengajakku pulang. Setiba di rumah, kuajak Heru untuk mampir dan ia menerimanya dengan senang hati. Heru memapahku sampai ke kamar, lalu membantuku duduk di ranjang. Dengan manja kuminta ia mengambilkan aku minuman di dapur, Heru mengambilkan minuman dan kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas sweater dan sedang memijat betisku sendiri. Ia agak tersentak melihatku, karena aku telah menanggalkan sweaterku sekarang tinggal memakai blous "you can see" longgar yang membuat ketiak dan buah dadaku yang putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku juga menarik rokmini olahragaku hingga pahaku yang juga putih mulus itu terbuka untuk menggoda matanya.

Tampak sekali ia menahan diri dan mengalihkan pandangan saat memberikan minuman kepadaku. Memang "gentleman" pria ini. penampilannya agak kaku tetapi disertai sikap yang lembut, kombinasi yang tak kudapatkan dari suamiku, ditambah berbagai macam kecocokan di antara kami. Mungkin inilah yang mendorongku untuk melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang wanita yang sudah bersuami. Aku menggeser posisiku mendekatinya, lalu kucium pipinya sebagai ucapan terimakasihku. Heru terkejut, namun tak berusaha menghindar bahkan ia menggerakan wajahnya sehingga bibirku beradu dengan bibirnya. Kewanitaanku bangkit walaupun aku tahu ini adalah salah tetapi tanpa kusadari ia mencium bibirku beberapa saat sebelum akhirnya aku merespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah.

Kami saling menghisap bibir beberapa saat sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas ciuman hangat kami. "Her.." kataku ragu. Kami saling menatap beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberijawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang memulai, aku dan Heru saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah.

Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Heru mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku ini bisa menyentuh ragaku selembut ini, semakin kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, dan menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Kembali Heru yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi duduk tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.

Heru mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.

"Mmhh.. Heruu..sudah terlalu jauh Her.." desahku di sela-sela ciuman panas kami. Aku agak lega saat tangan kekarnya meninggalkan selangkanganku, namun ia mulai menarik blousku hingga terlepas dari jepitan rokku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang montok dan puting susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuatnya semakin penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku.

Permainannya yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di tubuhnya. Aku melihat dada bidang dan kekar, serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak lama ia pun memutuskan untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut BHku.

Diciumi buah dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Sama sekali tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi. "Ooohh.. sshh.. aachh.. Heruu.." desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek putingku yang terasa sangat peka.

Heru menjilati dan menghisap dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini, "..Oooh Heru suuddhaah.. Herr.. stoop..!!" tetapi Heru terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat. Penisnya yang besar dan berotot mengacung tegang, karuan aku terbelalak melihatnya, besar dan perkasa lebih perkasa dari penis suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak karuan. Oh..tak kupikirkan akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.

Heru melepas putingku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan membungkukkan badannya menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.

Akhirnya, dengan menyibakkan celana dalamku, Heru mengalihkan jilatannya kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi. "ggaahh.. Heeruu..stoop..ohh.." bagaikan terkena setrum rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan saat lidah Heru melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh klitorisku.

Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar berotot Heru berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang besar kekar berotot berbeda dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh..betul betul luar biasa napsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat batang kemaluan yang bukan punya suamiku.Oooh begitu besar dan perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh sahabat suamiku, anehnya gelora napsu birahiku terus mengelegak.

Kupasrahkan diriku ketika Heru membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Heru menurunkan pantatnya dan menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala penis Heru menembus vaginaku."Hngk! Besaar..sekalii..Heer.." Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.

Tanpa terburu-buru, Heru kembali menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.

Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks dengan sahabat suamiku ini lebih dalam.

"Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. heeruu.. masukin penismu yang dalaam..!! oouch.. niikmaat.. heerr..!! Baru kali ini lobang vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis yang bukan milik suamiku, yang sama sekali baru ..besaar dan perkasaa.., aku merasakan suatu rangsangan yang hebat didalam diriku. Seluruh rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan begitu nikmatnya dinding vaginaku digesek batang penisnya yang keras dan besaar..!

Akhirnya seluruh batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Heru mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, "..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!" aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.

"hh.. sshh.. hh.. Heerruu.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sahyangghh.." Heru membalas dengan pertanyaan "Ohh.. Hestyy nikmatan mana dengan penis suamimu..?" otakku benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar kesadaranku "Ohh ssh Heruu. penismu besaar sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Heru makin gencar melontarkan pertanyaan aneh aneh, "..hh..Hesty lagi diapain memekmu sama kontolnya Heru..?" aku bingung menjawabnya, "Bilang lagi dientot..!" Heru memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya "hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi dientot sayaang.."

Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Heru kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.

Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar. "Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!" Ooohh.. Herruu.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!" mendengar celotehanku, Heru yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.

Aku benar benar sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Heru mengombang ambingkan diriku di lautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.

Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku "Ngghh.. nghh .. nghh.. Heruu.. Akku mau keluaar..!!" pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Heru mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. "..aacchh.. Heruu.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!"

Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti 'forever' menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Heru erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Heru terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.

Beberapa detik kenikmatan yang terasa seperti 'forever' itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Heru masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Heru mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.

Setelah aku kembali "sadar" dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing Heru untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak canggung lagi bersetubuh dengan teman suamiku ini. Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.

Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku setelah klimax rasanya malas sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini Heru memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.

Lalu Heru memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi "doggy style" dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan sekarang aku akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu sambil memelas "..Yeess..Herr..masukin kontol gedemu dari belakang kelobang memekku.." Heru pun menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh seksi dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.

Sambil memegang batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju ”Bleess.." ..Ooohh.. Heruu.. teruss.. Herr.. yang.. dalaam..!! mataku mendelik merasakan betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya 'doggy style' ini adalah pada waktu aku masih dalam tahap 'menanjak' suamiku sudah terlalu cepat keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari dua menit.

Tetapi Heru sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya 'doggy style' ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku bukan lagi pada tahap "menanjak" tapi sudah berada di awang-awang di puncak gunung kenikmatan yang tertinggi.

"Hngk.. ngghh..Heruu..akuu mau keluaar lagii.. aargghh..!!" aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.

Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Heru yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Heru menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.

Heru memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas. "Hesty aku belum keluar sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!" Aku benar benar terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi Heru belum juga keluar, bukan main perkasanya. biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya kadang kadang aku malah tidak bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu buru.

Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot batang kemaluannya kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Heru menggeliat geliat kenikmatan, "..Ohh yess Hes.. nikmat sekalii.. teruss hes.. lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh.. heestyy.. saayaangg..!!" Heru mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja menyelomot batang kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku, kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar saja melihat gerakan erotisku Heru makin mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang Heru untuk bisa cepat ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut denyut clitorisku mengeras lagi.

Ohh.. beginikah multiple orgasme yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat sekali, Heru menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap kembali batang kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas penisnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang kemaluannya lalu kududuki sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang bintang di langit kembali bermunculan.

"..Ooohh..Hesty..kau sungguuh seksxyy.. masuukin kontolku..!!" Heru memujiku setinggi langit melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini. "..Yess.. Heruu.. yeess.. kumasukkan kontolmu yang perkasa ini..!" kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu melesak dalaam sekali..

"..aachh.. Heestyy.. putaar.. habiisiin kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!" giliran Heru merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.

Batang kemaluannya kugenjot dan kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot vaginaku sehingga penis yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar benar membuatku bangga sekali, Heru bagai Layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang penisnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas, "..Ooohh.. aachh.. yeess.. Heess.. yeess..!!"
Heru membelalakan matanya sama sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi tubuhnya, lalu Heru bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot buah dadaku... aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah dadaku. "..selomot.. pentilku.. dua. duanya.. Herr..yeess..!! ...sshh.. ...oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, "..Ooohh.. Hestyy.. nikmatnya bukan main posisi ini..! batang kontolku melesak dalam sekali menembus memekmu..!" Heru mendengus-dengus kurasakan batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup, "..Ohh.. sshh..aahh.. Heruu ..keluaar.. bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..! "..yess..Hess..aku… keluarkan diluar apa didalam..?". "..Ohh.. Heru kontoolmu.. jaangaahhn..dicabuut..keluarin.. didalaam..!!

Tiba tiba bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku, "..aachh. jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu Hestyy..!!" Heru memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku, terasa kental dan banyak sekali. Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan "..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. Heerru.. teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa terbetot keluar terombang ambing dalam lautan kenikmatan yang maha luas. Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.

Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Heru aku kuatir akan ketagihan dengan batang penismu yang maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Heru sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.

Heru telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!! akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Heru melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya mengangguk tak berdaya.

Sepeninggal Heru dari rumah, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu kejadian yang sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan seks dengan sahabat suamiku bahkan harus kuakui, aku betul betul menikmati kedahsyatan permainan seks dengan sahabat suamiku itu. Tetapi aku telah mengkhianati suamiku. Aku mulai merasakan sesuatu yang salah, sementara di lain pihak, aku sangat menikmatinya dan sangat mengharapkan Heru melakukannya lagi terhadapku.

Hati dan akal sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatku limbung. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba melupakan Heru. Setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti ini, hatiku makin tidak menentu, makin kucoba melupakannya makin terbayang seluruh kejadian hari itu, aku masih merasakan tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya yang mendengus dengus terngiang sayup sayup terdengar suaranya memanggilku 'sayang'. Heru berhenti bertugas di kantor suamiku. Entah itu keinginannya sendiri atau memang ia dialih tugaskan, aku tidak tahu.

Namun hingga kini, pergumulan batin dalam diriku masih terus berlangsung. Di lain pihak aku tetap ingin mencintai suamiku, walaupun ia tak bisa memberikan apa yang telah diberikan Heru padaku. Aku masih merindukan dan menginginkan sentuhan tangan kekar Heru, dimanakah kau berada Heru..?
TAMAT

Read More......

BH besar di balik Jilbab Mbak Ning

Wanita jilbab itu mengenakan baju warna hijau ketat dengan kerudung hijau juga. tapi betapa mengagumkan lekuk tubuh itu. di bagian dadanya yang membusung aku melihat pesona alamiah yang luar biasa. Payudara itu berapa ukurannya? Aku hanya tahu usiana yang sudah menginjak usia 40 tahun.

Mbak Inge, seorang perempuan menarik. Usia segitu dia masih rajin merawat tubuhnya dengan bersenam di kantornya. Hari itu dia mengajakku ke tempat temannya di wilayah Jakarta Barat. KEbetulan temannya tidak ada di rumah, tapi kami dipersilakan menunggu saja di dalam rumah. Pembantunya sibuk di dapur. Karena memang kami sudah dalam libido yang tinggi, kami segera action di ruang tamu yang privacinya terjaga di lantai atas. Penutup kepala mbak Inge sudah kulepas. Lehernya yang jenjang sudah kujilati dengan lembut. Nafas wangi mbak inge mendengus ke wajahku. Betapa lembutnya, seksi dan memancing gairahku. Kupandangi dadanya yang tertutup rapat. Ini saatnya aku menyingkap bagian indah itu.
Mbak Inge memandangiku dengan penuh kasih.Diusapnya lembut rambutku sambil tersenyum manis. Ketika kuletakkan tanganku di bagian dadanya, ia seperti memberi isyarat setuju. Segera kutekan lembut bagian dadanya. Mbak Inge menggeliat. Tapi ia segera mengerti dengan melepas baju kerudungnya cepat2. Sepasang payudara itu terpampang di hadapanku. Tampak bh warna biru berenda membalutnya dengan kewalahan.
"Mbak, besar banget payudaranya,"pujiku spontan.
Mbak Inge tersenyum simpul. "Suka gak?"
"Hmm...pasti dong. By the way berapa sizenya mbak?"
Dia tak menjawab, selain memutar tubuhnya. Kulepas tali bh itu dan kutatap labelnya. 36C!

Tanpa basa-basi kuciumi bh berukuran besar itu. Tingkahku itu membuat mbak Inge geli.
"Nakal,"katanya sambil mencubit pipiku.
Aku meremas-remas payudara besar itu dengan lembut. Kunikmati secara perlahan kekenyalannya. Wanita dewasa itu memang indah. Payudara itu sudah lama kuincar sejak dulu, sejak pertama kali, kulihat bh nya ada di dalam kamar mandi di rumahnya. Saat itu betapa aku mengagumi ukurannya yang besar.

Putingnya kukecup lembut. Ujung lidahku menjilatinya dengan lembut, halus dan sedramatisir mungkin. Akibatnya mbak Inge mendesah lembut. Puting itu begitu indah dengan bentuk yang sedang dan berwarna coklat muda. Setiap bibirku menyentuhnya, getaran aneh menyergap tubuhku. Libido melambung tinggi.
Jemari janda beranak 2 itu mencengkram kepalaku. Mendadak dibenamkannya kepalaku lebih jauh ke belahan payudaranya. Dengan senang kunikmati gumpalan daging besar itu dengan cara-caraku. Adakalanya puting2 itu kuhisap seperti menghisap isinya. Tehnik ini membuat dia merintih terus2-an.
"Mbak enak banget teteknya..."pujiku.
"Terusin dong...mbak suka dikerjain sama kamu."
Tangan mbak Inge memerah sebelah payudaranya yang kiri dan mengusungkannya ke wajahku. Ia mengarahkan putingnya ke mulutku yang dengan rakus melahapnya. Mbak Inge menggelinjang geli, apalagi tanganku sudah menyerang ke bagian selangkangannya. Perlakukan itu membuatnya semakin agresif. Ia membalas dengan meraba2 selangkanganku.
"Penis kamu dah keras banget sayang..."katanya.
Aku tersenyum. Kubiarkan ia melepas celana panjangku dan memamerkan penis yang keras di bungkus cd warna putih. Sambil melumat bibir tangannya mengusap-usap batang penisku. Sesekali ia mencengkramnya.
"Besar gak punya kamu?"
"Lihat aja sendiri mbak."

Mbak Inge melepas cd itu. Ia menjerit kecil girang demi melihat batang penisku yang keras mengacung-acung. Digenggamnya dengan gemas. Pada bagian kepalanya diusap-usap dengan jemarinya yang lentik. Diremas-remasnya dengan penuh gairah. Aku melumat bagian buah dada sebelah kiri, tanganku terus meraba-raba vaginanya. Kami saling beraksi. Tapi, mbak Inge lebih dari yang kuduga, ia melepas semua cd dan bh nya. kemudian ia melirik ke arah penisku yang tegak keras itu. Aku dibuatnya takjub. Dikulumnya kepala penisku dengan lembut, seperti melumat permukaan es krim rasa coklat.








Read More......

wanita setengah baya



wanita setengah baya itu kaget dengan aksiku. tiba-tiba saja aku menarik tubuh sintal itu ke pelukanku sambil berdiri. Teh DIah meronta sedikit, tapi aku meyakinkan dirinya bahwa aku akan membahagiakannya.


'tapi, don, teteh..."
Teh Diah terdiam, aku sudah menurunkan bh hitam besar miliknya. itu pun kurenggut begitu saja. Aku menjilati sepasang payudara ukuran big size itu dengan gemas. 36C.

Ohhhh...teh Diah yang begitu sensul itu melekukkan tubuhnya demikian rupa. Seperti membiarkan aku untuk lebih bebas bermain di bagian payudaranya yang besar dan berurat-urat halus itu. sekali ini tak akan melepas kenikmatan ini begitu saja. Sudah lama aku mengagumi dadanya yang selalu tertutup, tapi memancing gairahku. meski tertutup di balut baju yang tertutup, tapi tonjilannya selalu terbayang.
"Teteh...enak banget teteknya...."pujiku padanya.
Read More......

Pijat wanita karir

Message itu dilakukan pada seorang wanita career. Read More......